Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Rasulullah adalah seorang ummiy, yaitu orang yang tidak bisa membaca ataupun menulis. Bahkan hal ini juga ada dalam kisah saat turunnya wahyu pertama. Ketika itu, malaikat Jibril memeluk Nabi Muhammad SAW dan menyuruh Nabi membaca dengan mentakan, “Iqra!” Kemudian, Nabi Muhammad menjawab dengan, “Aku tidak bisa membaca.”
Lalu, benarkah Nabi Muhammad tidak bisa membaca?
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus memahami apa itu ummiy, hikmah dari sifat ummiy Nabi Muhammad ini, dan juga bagaimana kondisi kaum Quraisy pada masa itu.
Apa yang dimaksud Ummiy?
Sebagian besar ulama mengatakan bahwa ummiy adalah tidak bisa menulis. Hal ini juga terdapat dalam kitab – kitab nabi sebelumnya. Sehingga, para ulama dan rahib pewaris nabi sebelumnya mengetahui dengan baik bahwa Nabi yang akan datang adalah seseorang yang ummiy atau tidak bisa membaca dan menulis.
Namun, hal ini bukan berarti bahwa Nabi Muhammad adalah seseorang yang tidak berilmu. Bahkan Rasulullah adalah seseorang yang sangat alim dan berilmu pada masanya. Penyebutan Nabi Muhammad sebagai seorang yang ummiy hanya penyebutan bahwa beliau tidak bisa menulis dan membaca sesuatu yang tertulis saja.
Hikmah Nabi Muhammad SAW Seseorang yang Ummiy
Allah SWT. memilih Nabi Muhammad sebagai rasul-Nya tentu saja bukan tanpa hikmah. Bahkan segala sesuatu yang melekat pada Nabi Muhammad juga bisa ditelaah hikmahnya. Termasuk juga kondisi Nabi Muhammad yang ummiy.
Dalam surat Al-Ankabut: 48 disebutkan:
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).
(QS. Al Ankabut: 48)
Dengan kata lain, Nabi Muhammad diutus dengan kondisi yang ummiy adalah untuk menjaga kemurnian dari agama Islam itu sendiri. Sebagai seorang yang ummiy, maka ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dapat dipastikan adalah ajaran yang murni. Bukan berasal dari buku – buku yang beliau baca semasa hidupnya.
Kondisi Kaum Quraisy Saat Itu
Di sisi lain, kaum Quraisy pada masa itu justru menganggap bahwa seorang yang ummiy adalah seseorang yang cerdas. Di masa itu, orang Quraisy merupakan kaum yang menghargai penyair dan bahasa. Sehingga, para penyair memiliki posisi yang baik dan tinggi di antara kaumnya. Apalagi jika penyair tersebut tidak membaca dan menulis.
Dengan kata lain, orang Quraisy menganggap bahwa orang yang ummiy adalah cendekiawan yang cerdas. Mereka mampu merangkai, membuat, dan mengingat syair hanya dengan mendengarnya satu kali. Artinya, orang tersebut memiliki ingatan yang baik.
Sedangkan orang – orang yang membaca dan menulis dianggap sebagai cendekiawan kelas dua. Kaum Quraisy menganggap orang yang membaca dan menulis tidak lebih pintar dari orang – orang yang ummiy. Hal ini karena orang – orang yang menulis dan membaca memiliki kemampuan mengingat yang tidak terlalu baik, sehingga orang – orang ini perlu menjaga memori mereka dengan menuliskannya.
Menariknya, ada pula orang – orang Quraisy yang tidak memiliki daya ingat yang baik namun tidak mau membaca dan menulis. Orang – orang ini bisa dibilang sebagai orang yang sombong dan tidak mengena dirinya dengan baik. Mereka ingin dianggap pintar seperti cendekiawan kelas satu yang tidak perlu membaca dan menulis.
Itulah beberapa alasan mengapa Rasulullah diutus dalam kondisi ummiy. Karena itu, dibandingkan dengan menyebut Nabi Muhammad sebagai orang yang tidak bisa membaca atau menulis, akan lebih tepat disebut sebagai orang yang tidak perlu membaca dan menulis. Dan hal tersebut justru merupakan kelebihan yang dimiliki Nabi Muhammad dan bukan kekurangan beliau.