Pada hari Selasa, 15 Juli 2025, seluruh murid kelas 1 SDIT Al Hasanah 2 melakukan rihlah ke Benteng Marlborough. Suasana pagi yang sejuk menyambut mereka dengan antusiasme tinggi dalam mempersiapkan diri. Sebelum berangkat, mereka menunaikan shalat Dhuha sebagai bentuk rasa syukur dan doa. Setelah itu, mereka menata perlengkapan seperti botol minum, tas, dan sepatu dengan rapi. Rombongan berangkat dengan menggunakan angkutan umum.

Setelah tiba di Benteng Marlborough, seluruh murid berbaris rapi untuk mengikuti penjelasan pemandu wisata. Pemandu mengenalkan sejarah Benteng Marlborough, yang merupakan benteng terbesar kedua yang dibangun oleh Inggris di Provinsi Bengkulu pada tahun 1714. Benteng ini terletak di tepi Pantai Tapak Paderi dan menghadap Samudera Hindia. Sebelumnya, Inggris telah membangun Benteng York yang berlokasi di Sungai Serut, Kota Bengkulu.

Selanjutnya, pemandu memperkenalkan tiga makam yang berada di bagian benteng berbentuk pertahanan bersudut tiga (ravelin), yang terletak di atas parit dan terhubung ke benteng utama melalui sebuah jembatan. Ketiga makam tersebut adalah makam Thomas Parr, Charles Murray, dan Robert Hamilton. Selain itu, terdapat pula nisan dengan tulisan berbahasa Inggris yang menempel di dinding gerbang masuk.

Pemandu kemudian mengajak rombongan menuju jembatan yang menghubungkan bangunan utama dengan ravelin. Ia menjelaskan bahwa di bawah jembatan tumbuh tanaman rumput hijau yang tidak memerlukan air. Pada masa kolonial Inggris, area ini digunakan sebagai ranjau darat. Setelah itu, pemandu menunjukkan pintu masuk bangunan utama yang terbuat dari kayu asli dan sangat kokoh meskipun berusia sekitar 315 tahun.Anak-anak selanjutnya diajak memasuki ruang jaga dan sel militer, di mana mereka dikenalkan pada bongkahan emas berbentuk buliran. Pemandu menjelaskan bahwa emas dari Bengkulu pernah disumbangkan sebanyak 28 kilogram untuk pembuatan tugu Monas di Jakarta.

Kemudian, para murid diperkenalkan dengan rempah-rempah asli Bengkulu seperti cengkeh, lada, dan sahang. Rempah-rempah ini menjadi salah satu alasan Inggris menjajah Bengkulu yang kaya akan komoditas tersebut. Rombongan juga diajak melihat patung Bung Karno, yang digunakan sebagai diorama menggambarkan pertemuan Bung Karno dengan residen Belanda, C.E. Maier, saat Bung Karno diasingkan di Bengkulu pada tahun 1940. Diorama ini menampilkan momen ketika Bung Karno menolak permintaan untuk merancang tugu peringatan serangan Jerman ke Belanda dengan menumpuk tiga batu sebagai simbol perlawanan.

Pemandu melanjutkan penjelasan mengenai Bunga raflesia, yang pertama kali ditemukan di Bengkulu oleh Thomas Stamford Raffles dan Dr. Joseph Arnold. Nama ilmiah bunga tersebut, Rafflesia Arnoldii, diambil dari gabungan kedua nama penemunya. Selanjutnya, pemandu menyampaikan sejarah singkat bahwa Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun, Jepang selama 3,5 tahun, dan Inggris selama lima tahun.

Di tengah lapangan benteng, pemandu memperkenalkan jam matahari sebagai alat penunjuk waktu bersejarah. Jam matahari ini berupa lempengan segi empat dengan jarum di tengah yang memanfaatkan bayangan matahari untuk menunjukkan waktu, yang terbukti cukup akurat sebelum adanya jam analog atau digital.

Kemudian, pemandu memperkenalkan dua jenis meriam yang terletak di tengah lapangan benteng, yaitu meriam lada dan meriam putar. Meriam lada merupakan meriam kecil yang menembakkan bola-bola kecil dengan tujuan memberikan efek trauma dan melumpuhkan musuh, sedangkan meriam putar dapat diputar ke berbagai arah untuk mengarahkan tembakan. Meriam lada merupakan produk Inggris, sedangkan meriam putar berasal dari Belanda.

Rombongan kemudian diajak berjalan ke bagian atas bangunan benteng, di mana pemandu menjelaskan bahwa Benteng Marlborough menghadap langsung ke Samudera Hindia. Setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai, para murid beristirahat sejenak, melakukan sesi foto bersama, dan kemudian kembali ke sekolah.

Share This

Share This

Share this post with your friends!